Rabu, 16 Juli 2014

Pendidikan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peril;aku manusia normal dan pembelajaran menjadi intinya. Istilah pendidikan dengan istilah belajar sering dikacaukan, sehingga muncullah kata belajar sepanjang hayat (life long learning) atau pendidikan sepanjang hayat (life long education). Pendidikan dimaknai sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya, sedangkan belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil dari perbuatan belajar. Sesungguhnya, pembelajaran secara umum juga bermakna proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa dengan gamitan pengembangan kognitif dan emosional untuk memperoleh, meningkatkan atau mengubah pengetahuan, keterampilan, nilai serta pandangan tentang dunia dan lingkungan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pendidikan sepanjang hayat? 2. Bagaimana tahap proses pendidikan sepanjang hayat? 3. Bagaimana membentuk kemandirian melalui pendidikan sepanjang hayat? 4. Apa saja konteks pendidikan sepanjang hayat? 5. Apa saja pilar pembelajar sepanjang hayat? 1.3. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan sepanjang hayat. 2. Untuk mengetahui tahap proses pendidikan sepanjang hayat. 3. Untuk mengetahui membentuk kemandirian melalui pendidikan sepanjang hayat. 4. Untuk mengetahui konteks pendidikan sepanjang hayat. 5. Untuk mengetahui pilar pembelajar sepanjang hayat. BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah system pendidikan yang dilakukan oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia, semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun. 2.2. Tahap Proses Pendidikan Sepanjang Hayat Tahap belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ektern, proses ini dapat menunjukan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan kea rah yang lebih baik. Menurut Suprijianto (2007) proses belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung melalui enam tahapan, yaitu: a. Motivasi. b. Perhatian pada pelajaran. c. Menerima dan mengingat. d. Reproduksi. e. Generalisasi. f. Menerapkan apa yang telah dikerjakan serta umpan balik. 2.3. Membentuk Kemandirian Melalui Pendidikan Sepanjang Hayat Dalam pengembangan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat menyadari dan mengakui potensi dan kemampuan dirinya. Peserta didik perlu dibantu untuk mampu berdialog dengan dirinya dan lingkungannya. Program-program pendidikan non formal diarahkan untuk memotivasi peserta didik dalam upaya mengaktualisasi potensi diri, berpikir, dan berbuat positif terhadap lingkungan, serta mencapai kepuasan diri dan bermakna bagi lingkungan. 2.4. Konteks Pendidikan Sepanjang Hayat Pendidikan di rumah (home schooling), mencakup belajar untuk belajar atau mengembangkan pola pembelajaran informal. Pendidikan orang dewasa (adult education) atau akuisisi “kualifikasi” formal atau belajar di luar struktur persekolahan, bahkan mungkin sambil rekreasi. Pendidikan berkelanjutan (continuing education), yang sering menjelaskan program pendidikan atau pelatihan berkelanjutan ketika telah menekuni profesi atau menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu di perguruan tinggi. Pengetahuan pekerjaan (knowledge work), yang meliputi pengembangan professional dan pelatihan di dalam pekerjaan. Lingkungan belajar pribadi (personal learning environments) atau pembelajaran yang “diarahkan” secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber dan alat-alat, termasuk aplikasi online. 2.5. Pilar Pembelajar Sepanjang Hayat Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar, sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya. Enam pilar utama yang mutlak ada untuk menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat, yaitu: a. Rasa ingin tahu. Inilah merupakan awal mula dari seseorang untuk menjadi manusia berpengetahuan. Manusia yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi adalah pembelajar sejati. b. Optimisme. Inilah modal dasar orang untuk tidak mudah menyerah dengan aneka keadaan. c. Keikhlasan. Orang-orang yang ikhlas nyaris tidak mengenal lelah. Dia selalu bergairah pada setiap keadaan. d. Konsistensi. Begitu banyak orang bekerja dalam format “keras kerak, yang tersiram air sedikit saja menjadi lembek”, “tergoda dengan hal baru lalu meninggalkan keputusan yang telah dibuat dan tengah dicoba dijalankan”. e. Pandangan Visioner. Pandangan jauh ke depan, melebihi batas-batas pemikiran orang kebanyakan. Mereka yan termasuk kelompok ini jarang sekali tergoda untuk melakukan apa saja demi hasil yang instan, mengejar target jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang. f. Tuntutan Pekerjaan. Pekerjaan jenis tertentu menuntut pelakunya terus belajar dan berlatih mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi, agar tidak ketinggalan zaman. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Belajar seumur hidup atau belajar sepanjang hayat atau pendidikan sepanjang hayat merupakan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh individu atau kelompok secara “seumur hidup”, “suka rela”, dan “memotivasi diri” untuk terus menerus mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, baik untuk alas an pribadi maupun professional. Karena itu, pendidikan sepanjang hayat tidak hanya meningkatkan inklusi sosial, kewarganegaraan aktif dan pengembangan pribadi, melainkan juga daya saing dan kerja. 3.2. Saran Untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, individu atau kelompok harus mampu belajar untuk belajar. Di banyak dunia kerja, belajar sepanjang hayat ini menjadi keharusan dalam rangka menyesuaikan diri dengan persyaratan professional yang dibutuhkan. Untuk itu, buatlah aneka jenis profesi yang wajib melakukan pembelajaran sepanjang hayat, seperti: mentor, pelatih, penilai, konsultan, manajer proyek, desainer kurikulum dan penasihat. DAFTAR PUSTAKA Danim, Sudarwan. 2010. Pengantar Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Pratiwi, Rahayu Kusuma. (2012). Makalah Pndidikan Sepanjang Hayat dan 4 Pilar Pendidikan UNESCO. [Online]. Tersedia: rahayukusumapratiwi.blospot.com/2012/11/makalah-aliran-pendidikan.html?m=1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar